So i just finished translating this ff into indonesia language heheh, i translate it by myself so .. sorry if there any wrong meaning :D if you want to read the english version you can go to this site >> Anterograde Tomorrow
[Prologue Daisies]
[Prologue Daisies]
Cahaya matahari masuk ke dalam mimpi Kyungsoo, membias menjadi sesuatu yang indah dan lucu dan seperti kaki yang menempel kedalam kelembutan antara laut dan pantai. Dia pun berbalik dan pasir yang basah itu berubah menjadi lemari yang dingin.
Saat ia membuka kedua matanya bulu dari sayap burung camar dan tirai biru telah digantikan oleh sebuah langit-langit, yang tingginya kurang dari 1 meter, sebuah jendela kecil di ujung kamar tidur yang sempit, dan lantai dari kayu yang terkupas di tutup oleh permadani. Itu adalah kamar nya, walaupun tidak sama persis seperti yang kemarin, karena disana ada sticky notes berwarna hijau yang tertempel di setiap inci dari setiap dinding yang ia tidak bisa ingat kapan ia tempatkan. Di tempat yang kedua ada tulisan-tulisan berwarna dan beberapa diagram, nomer dan tanggal. Hembusan angin menerbangkan korden dan menggerakan catatan-catatan kecil itu hingga memainkan sebuah melodi dengan nada yang berasal dari kertas-kertas yang saling berkibaran itu.
Pemandangan itu tidak biasa tetapi tidak asing, seperti sesuatu yang seharusnya telah terjadi sebelumnya dan terselip kedalam ingatan nya. Mungkin ada suatu hari diantara hari ini dan kemarin. Mungkin ada hari lebih dari satu hari. Tetapi bagaimanapun juga dia tidak perlu membaca catatan-catatan itu untuk tahu apa yang akan catatan-catatan itu jelaskan padanya tentang berapa banyak hari yang telah terlewati, dan apa saja yang ia maksudkan untuk dilakukan hari ini.
Tetapi tanda kecil yang berasal dari catatan kuning diantara catatan hijau, yang beberapa ada diatas lantai, di dinding dan meja, dan satu lagi diatas bantal disampingnya, yang paling membuat ia penasaran. Tulisan tangan yang berbeda. Disitu tidak ditulis tanggal. Hanya kata-kata.
Kyungsoo bangkit dari tempat tidurnya pelan-pelan, secara terbiasa mencapai pegangan meja seraya bangun dari kasur. Permadani berbulu halus dibawah jari kakinya telihat jelas, bau dari pembuatan kopi jam 6 pas di café yang ada di ruang bawah masuk secara lembut kedalam langit-langit mulut. Ia mengambil catatan kuning itu dari bantalnya lalu membacanya, “Namamu adalah Do Kyungsoo. Kau mempunyai kehilangan ingatan jangka pendek, ante… amnesia, jadi kau tidak akan bisa mengingat apa yang telah terjadi tadi malam. Tapi biarkan saya membantumu.”
Dan satu lagi catatan kecil yang berdekatan dengan bantal, “Tadi malam aku menyandarkan kepalaku diatas bantal ini dan kedua tanganku berada di pinggangmu. Namaku adalah Kim Jongin. Aku memanggilmu hyung. Kemarin kau mencintaiku. Hari ini kau akan mencintaiku lagi.”
Kyungsoo mundur selangkah, kedua matanya terbuka lebar dan mulut nya menganga. Tumitnya berderak. “Ini adalah dimana kau menelanjangiku”.
Kyungsoo mundur selangkah, kedua matanya terbuka lebar dan mulut nya menganga. Tumitnya berderak. “Ini adalah dimana kau menelanjangiku”.
“Ini adalah dimana aku menelanjangimu,” itu yang tertulis di dinding, tepat diatas sebuah catatan berwarna hijau yang mengatakan ‘Mijin sudah tidak lagi menyajikan kue beras —05/05/2008’.
Beberapa inci disamping yang lainnya berisi, “Dan disini aku mendorong mu ke dinding dan menciummu dengan sangat bergairah (Kira-kira, itu gelap) lalu kita berpikir kita harus melakukan hubungan sex.”
Di dekat meja tertulis, “Disini kau duduk, kakimu menggantung. Aku letakkan telapak tanganku diatas lututmu dan kau membungkuk kedepan lalu kau yang menciumku pertama.”
Dari kotak diujung tempat tidurnya : “Kita berbicara tentang ballet. Kau bersenandung sebuah nada dan tanganku melakukan arabresque disini (karena langit-langit kamarmu terlalu pendek dan aku tidak mau terkena kepalaku, okay) disini grand jeté ke lantai, fouetté en tourant dan lalu sisson
Di belakang pintu kamarnya : “Aku bersandar disini dan membaca catatan berwana hijaumu saat kau pergi berkeliling membereskan kekacauan yang tidak terlihat. Menurutku semua yang berwana hijau telihat seperti rumput, dan rumput itu membosankan tanpa bunga aster. Jadi aku harap kau menyukai warna kuning?”
Dan ketika ia membuka pintu kamar nya, satu pukulan mengenai keningnya: “Dan ini dia Kim Jongin. Ucapkan Hallo kepadaku?”
Kyungsoo menengadah, mengibaskan pandangan ke arah yang tidak jelas garis lurus dari tulang selangka yang tajam, berwarna coklat, menegaskan itu rahang. Satu milimeter dalam satu waktu. Keinginan untuk membanting pintu dan memanggil polisi karena ada orang asing di dalam apartemen nya dan orang asing ini telah menulis catatan untuknya yang tak dapat disangkal mengerikannya memukulnya tepat di wajah.
Jantung berdebar kencang dan kepusingan membuat kepalanya menjadi kosong dan perut bergejolak. Dia benar-benar tidak bisa merasakan jari tangannya, ataupun lututnya untuk suatu hal. Tetapi segalanya berubah lagi—hampir seperti jika hal itu selalu mempunyai maksud— ketika matanya melihat seorang yang bodoh berseringai dan sepasang mata yang bercahaya.
“Hai, hyung,” Jongin berkata, sudut bibirnya berubah, meskipun perawakan nya masih halus. Suaranya masih baru, secara pasti, dan Kyungsoo tetap tidak bisa memanggil kembali dengan tepat saat ia mendengar suku kata sebelum nya—jika saja
Tetap saja, itu hampir terlalu biasa untuk mengingat kembali. Jongin tersenyum dengan sebuah kata “Hello,” dan bagaimanapun juga suku kata itu sempurna diucapkannya, mungkin karena dia telah mengatakannya 1000 kali. Atau mungkin karena mereka berdua ditakdirkan.
No comments:
Post a Comment